Bukan hanya menyajikan obyek-obyek wisata yang indah nan menawan. Bali juga memiliki satu obyek wisata yang unik, aneh dan seram. Terletak di Danau Batur, Kintamani tepatnya di Desa Trunyan.
Desa ini dinamai Trunyan diambil dari nama satu pohon besar yang tumbuh di sana. Pohon Trunyan yang memiliki bau yang harum sangat menyengat membuat warga sekitar tidak nyaman, sehingga timbul inisiatif untuk menetralisir bau wangi tersebut dengan -maaf- bangkai atau jasad manusia dengan cara meletakkan jasad orang yang baru meninggal di bawah pohon tersebut.
Saat saya berkunjung ke sana menghantarkan wisatawan asal Austria, saya bercakap dengan warga sekitar. Konon jasad mati yang bisa diletakkan di bawah pohon tersebut hanyalah jasad orang yang meninggal secara normal. Bukan karena kecelakaan atau penyakit ganas yang merenggut nyawa seseorang yang masih muda. Sehingga apabila Anda berkunjung ke sana dan menemukan jasad orang yang baru saja meninggal, mereka adalah orang-orang yang sudah tua.
Untuk menuju ke lokasi tersebut, Anda perlu menyebrang menggunakan perahu di Danau Batur, Kintamani. Tarifnya pun tidak murah karena tidak ada standarisasi sehingga para pelaku jasa penyebrangan tersebut mematok harga yang mereka kehendaki. Saat saya berkunjung pada bulan Januari 2016 bersama tim, kami harus membayar Rp. 500.000 untuk pp dan itupun ditempuh dengan jalan negosiasi yang lama.
Sesampai di lokasi, ada beberapa warga lokal yang menjaga lokasi tersebut. Sungguh sangat mengesankan bahwa mereka tidak meminta bayaran atau tiket untuk masuk ke lokasi, mereka hanya meminta sumbangan kepada pengunjung seikhlasnya.
Ada satu hal yang menarik lagi di obyek wisata ini. Jasad-jasad yang berbaring di bawah pohon tersebut masih dianggap hidup oleh anggota keluarga mereka, para anggota keluarga yang masih hidup sering datang ke tempat tersebut untuk menghantarkan keperluan semasa hidup seperti makanan, sandang dan uang. Sehingga banyak sekali uang-uang bertebaran di sekitar lokasi itu.
Untuk lebih clearnya sebaiknya Anda mengunjungi Desa Trunyan ini karena memang sangat recommended. Di Danau Batur juga terdapat restoran apung yang juga sangat recommended dan patut dikunjungi, selain masakannya yang lezat dan harga yang terjangkau, suasananya benar-benar amazing.
Saat saya berkunjung ke sana menghantarkan wisatawan asal Austria, saya bercakap dengan warga sekitar. Konon jasad mati yang bisa diletakkan di bawah pohon tersebut hanyalah jasad orang yang meninggal secara normal. Bukan karena kecelakaan atau penyakit ganas yang merenggut nyawa seseorang yang masih muda. Sehingga apabila Anda berkunjung ke sana dan menemukan jasad orang yang baru saja meninggal, mereka adalah orang-orang yang sudah tua.
Untuk menuju ke lokasi tersebut, Anda perlu menyebrang menggunakan perahu di Danau Batur, Kintamani. Tarifnya pun tidak murah karena tidak ada standarisasi sehingga para pelaku jasa penyebrangan tersebut mematok harga yang mereka kehendaki. Saat saya berkunjung pada bulan Januari 2016 bersama tim, kami harus membayar Rp. 500.000 untuk pp dan itupun ditempuh dengan jalan negosiasi yang lama.
Sesampai di lokasi, ada beberapa warga lokal yang menjaga lokasi tersebut. Sungguh sangat mengesankan bahwa mereka tidak meminta bayaran atau tiket untuk masuk ke lokasi, mereka hanya meminta sumbangan kepada pengunjung seikhlasnya.
Ada satu hal yang menarik lagi di obyek wisata ini. Jasad-jasad yang berbaring di bawah pohon tersebut masih dianggap hidup oleh anggota keluarga mereka, para anggota keluarga yang masih hidup sering datang ke tempat tersebut untuk menghantarkan keperluan semasa hidup seperti makanan, sandang dan uang. Sehingga banyak sekali uang-uang bertebaran di sekitar lokasi itu.
Untuk lebih clearnya sebaiknya Anda mengunjungi Desa Trunyan ini karena memang sangat recommended. Di Danau Batur juga terdapat restoran apung yang juga sangat recommended dan patut dikunjungi, selain masakannya yang lezat dan harga yang terjangkau, suasananya benar-benar amazing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar